Rabu, 15 Februari 2012

Dia kekasihku part 2


Pagi-pagi  sekali Ray sudah muncul dirumah ku, Ray teman ku dari kecil. Rumah kami memang berdekatan ditambah dari dulu satu sekolah bahkan beberapa kali kami satu kelas. Untung saja sekarang dia mengambil jurusan yang berbeda jadi kuping ku agak  lega karena tidak mendengar ocehannya sepanjang hari.
“Sandra..san..” dia menggedor-gedor kamarku.
Mwo[1]..mwo..mwo..” jawabku setelah membukakan pintu untuknya.
“Apa kau tahu ? aku semalam ditembak namja.. coba teba tebak siapa ?” tuturnya pas masuk kekamarku, seperti biasa bicara tanpa jeda.
“Mana aku tahu kalau kamu tidak mengatakannya” sahutku cuek.
“Yoo jin… bukankah dia satu kelas denganmu ?”
“Ooh..”
“Kenapa kau menjawab begitu ? apa kau tidak senang melihat sahabat mu ini bahagia ?”
Ani[2]… bukan kah kemaren kau datang kesini dengan kabar berita yang sangaaaat bahagia juga dan kemarennya lagi kau juga bilang sedang bahagia. Kau kapan sedihnya sih ?” ucap ku sambil membereskan buku yang mau dibawa ke kampus.
“Yang mana ?”
Aigo[3]..!! ani..ani.. lupakan saja” aku bahkan bosan mendengar curhatannya setiap minggu pasti ditembak namja… tapi itulah Ray,dia anak yang periang. Bahkan hari-hari nya tidak pernah diisi dengan kesedihan,tidak seperti aku.
Ya[4]… kenapa kau malah melamun ?” dia memukul bahu ku.
“Auu.. sakit gendut” sahut ku sambil meringis.
“Ayo berangkat kekampus !”
“Kau ikut mobil ku ?”
Ne…biar nanti pulangnya bisa diantar Yoojin”
“Dasar…” aku memukul kepalanya.

Waktu aku selesai memarkirkan mobil,ada seseorang yang bersandar dimobil sebelahku, ahh… itu kan pria yang semalam kerumah. Sedang apa dia berdiri disitu ?
Good morning !” sapanya ketika aku baru turun dari mobil,lengkap dengan senyum yang membuat jantungku berdebar tak karuan.
Morning.. sedang apa kau disini ?” jawab Ray dengan wajah masam.. jadi Ray kenal sama pria ini !
“Bukan kamu… tapi Sandra !!” dia menjutekin Ray lalu berubah bersikap manis padaku.
“Hai..Morning..” sapaku kemudian. Dia keren juga matanya itu loh seolah-olah bisa menembus apapun yang dilihatnya. Tajam tapi membuat ku terpesona. Kenapa semalam dia tampak biasa-biasa saja ya ?
“Ayo San.. !” tiba-tiba Ray menarikku. Oohh,,,tidak,jangan sekarang Ray. Aku lagi menikmati  wajah makhluk yang sangat mempesona itu. Tapi aku hanya pasrah ditarik Ray.
“Tunggu dulu kodok” Top membentangkan tanganya didepan Ray.
“Aku mau kekantin,minggir kau” Ray menepis tangan Top.
“Aah.. ayolah Raya sebentar saja. Aku mau bicara sebentar dengan Sandra” dia memohon pada Raya, lucu sekali mereka ini.
“Ya sudah sebentar saja, aku sudah lapar.”
“Oke bos”
Lalu Ray meninggal kan kami berdua.

 “Ada apa ?” Tanya ku
“Nanti habis kuliah,apa kamu ada acara ?” ha ? sejak kapan anak ini sok akrab seperti itu.
“Ada” jawabku
“Apa itu penting ?” dia tampak kecewa dengan jawabanku.
“Ya bisa dibilang penting , memangnya ada apa ?” Tanya ku sambil melangkah pelan.
“Aku mau mengajakmu jalan” katanya malu-malu sambil menmendang-nendang kerikil dengan ujung sepatunya.
“Kita baru kenal semalam loh ? kenapa kamu sudah berani mengajak ku pergi ?”
“Oh itu..hmm.. kamu saja yang baru mengenal ku,aku sudah merhatiin kamu dari satu tahun yang lalu” jawabnya sambil menatap ku, oohh god… tatapannya bikin gunung salju meleleh.

Kyaaa[5]…. Apa yang kalian bicarakan ? l” tiba-tiba Ray muncul
“Ah Raya, apa kau bisa kekantin sendiri ? “ kata Top memelas pada Raya.
Ani.., aku harus membawa Sandra kekantin,karena tadi kami tidak sempat sarapan. Bisa digantung aku sama eomma nya San kalau sampai anak kesayangannya ini kelaparan.”
“Kalian kenapa sih ? dari tadi tidak ada aku-akur nya” tanyaku heran.
“Ini bocah ngeselin dikelasku, dia selalu mengalahkan nilai-nilaiku. Padahal dia jarang masuk tapi masih bisa mendapat nilai yang bagus” jawab Ray sambil nunjuk-nunjuk hidungnya Top.
“Itu karena aku sudah terlahirkan dalam keadaan jenius”  jawab top dengan bangganya.
“Aaah.. sudahlah,kalian lanjutkan kan saja. Aku mau kekantin dulu” lalu aku meninggalkan mereka

                                                                                                *****
“San,ayo makan malam dulu” teriak eomma dari bawah.
Ne” Jawabku dengan suara tak kalah keras.
“Bagaimana kuliah mu ?” Tanya Appa[6] waktu kami sedang makan malam bersama.
“Baik Appa, aku sedang mengerjakan skripsi. 3 bulan lagi aku akan sidang” sahut ku.
Appa, mau kamu melanjutkan kuliah mu di Harvard ditempat Oppa[7] mu sekarang”
‘Ting.. ‘aku tidak sengaja menjatuh kan sendok yang ku pegang dan menimbulkan suara yang gaduh. Eomma dengan sigap mengambil sendok yang kujatuhkan tadi, kemudian eomma menggemgam tangan ku.
“Tapi Appa, aku.. tidak mau kuliah diluar negri. Aku..” Appa langsung memotongku dengan nada tinggi.
“Apa sekarang kau berani melawan appa ? ini appa lakukan juga untuk kebaikan mu” kata appa sambil menatap tajam kearah ku.
Ini pertanda aku tidak akan bisa merubah keputusan appa, aku langsung berdiri “Aku kekamar dulu” lalu setengah berlari menuju kamarku. Air mata ini tidak dapat lagi ku tahan, aku menutup pintu kamar dan membanting tubuh ku kekasur.
Tidak lama kemudian eomma menyusul ku kekamar, “Sandra, appa mu hanya menginginkan yang terbaik untuk mu sayang.” Sambil membelai rambutku, aku tidak bergeming sedikitpun.
“…”
“kamu lihat Ji Yong oppa, dulu dia juga bersikeras tidak mau kuliah di sana tapi sekarang malah oppa mu sendiri yang tidak mau pulang kesini”
Eomma tidak tahu saja kalau sebenarnya oppa sangat ingin pulang kesini, tapi oppa belum mau bertemu dengan appa. Kalian tidak tahu betapa sedihnya oppa disana, bahkan Natal pun dia hanya merayakan seorang diri. Ini hanya aku yang mengetahuinya, karena memang oppa sering menelfon ku dari pada menghubungi appa ataupun eomma.
“…”
“Bagaimanpun, kami ingin memberikan kalian pendidikan yang bagus”
“Tapi, kampus ku sekarang juga bagus eomma
“ne, eomma tahu, tapi alangkah bagusnya kalau kamu kuliah di Boston. Kepada siapa lagi appa memberikan perusahaannya kalau bukan pada kamu dan oppa mu, jadi kamu harus mempersiapkannya dari sekarang”
Aku langsung membalikan badan dan menatap eomma, ada sedikit emosi yang ingin ku keluarkan saat ini juga. Tapi tiba-tiba semua emosi itu lenyap melihat wajah eomma yang tersenyum lembut kepadaku. Wajah nya kelihatan begitu letih, tapi tidak mengurangi kecantikannya walau sudah mulai timbul garis-garis halus diwajahnya.
“Aku ingin sendiri eomma” kataku akhirnya, lalu bangkit dan berdiri didepan jendela kamarku. Eomma hanya menatap ku, aku tahu ini juga berat bagi nya. Akhirnya eomma bangkit dan berjalan kearah pintu. “Jangan tidur terlalu malam” lalu eomma menghilang dibalik pintu.



[1] Mwo = apa (i)
[2] Ani = tidak (i)
[3] Aigo = astaga, ya ampun ! (i)
[4] Ya = hei ! (i)
[5] Kya = hei ! (i)
[6] Appa = ayah (f)
[7] Oppa = pangilan perempuan kepada kakak laki-laki (f)


ToBe Continue....
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar