Rabu, 15 Februari 2012

Dia kekasihku part 4


***Author***

“Apa kamu benaran suka pada Top ?” Tanya Raya penuh selidik.
“Hhmmm… sepertinya begitu !”
“ Apa kau yakin dengan perasaanmu ?”
“Hhmmm… sepertinya begitu !”
“ Apa kau akan jadian dengannya ?”
“Hhmmm… sepertinya begitu !”
Raya merebut buku yang dari tadi di baca Sandra, dia tampak kesal karena dari tadi Sandra tidak mengalihkan matanya dari buku itu.
Kyaaa… aku serius, kenapa kau hanya menjawab ‘hmmm’ saja ?”
“Aku juga tidak tahu ray, aku sekarang hanya berteman dengan nya tanpa embel-embel apapun. Kami juga baru dekat sebulan ini, Kalau besok ada sesuatu di antara kami, itu namanya Takdir”
“Apa kau mencintainya ?”
“Aku tidak bisa mengatakan iya atau tidak, tapi bersamanya membuat ku nyaman” Sandra merebut bukunya dari tangan Raya.
“Itu namanya Cinta” kata raya.
“Kau tahu apa tentang cinta ?”  Tanya Sandra sambil menatap Raya.
“Banyak,yang pasti aku lebih berpengalaman tentang cinta dari pada kamu”
“Hahaha… ya..ya.., aku kalah. Tapi ray…” kata-kata Sandra terhenti karena disaat yang bersamaan seseorang mengetuk pintu kamarnya.
“Masuk” sahut Sandra, lalu muncul eommanya dari balik pintu memberi tahu kalau ayahnya ingin bicara. Kemudian Sandra menuju keruang kerja ayahnya.

***Sandra***

Ada apa Appa memanggilku ? “Appa..” aku mengetuk pintu ruang kerja Appa. Setelah mendengar sahutan dari dalam aku pun langsung masuk.
                Tanpa basa basi Appa memberi tahu kalau bulan depan aku harus berangkat ke Boston, semuanya sudah di urus oleh Oppa ku disana. “ha ? kenapa mendadak Appa ?”
“Bukannya appa sudah bilang dari bulan lalu kalau kamu harus melanjutkan kuliah mu di Boston”
Ne, tapi ini terlalu mendadak. Aku belum menyiapkan apapun”
“Ji Yong sudah mengurus semuanya, kamu tinggal berangkat bulan depan”
“tapi Appa…”
“kamu lakukan saja apa yang Appa perintahkan, ini juga untuk kebaikan kamu.disana Ji Yong akan membantumu disana”
Appa…” tangis yang dari tadi kutahan akhirnya meledak juga. Aku tidak mungkin membantah perintah Appa tapi aku juga tidak ingin pindah ke Boston.
“Tidurlah, bukannya besok kamu ada kuliah pagi !” lalu Appa mengambil satu buku dari Rak dan membacanya. Itu tandanya aku harus keluar dari ruangan ini.
Aku keluar dari ruangan Appa dengan lemas, kaki ku terasa berat untuk melangkah . semua orang yang ada dirumah ini memang selalu mengikuti keinginan Appa. Aku ingat Ji Yong oppa melepas keinginannya dibidang music dan menuruti kemauan Appa untuk kuliah dijurusan Bisnis. Hanya aku yang tahu bagaimana perasaan Oppa saat itu. Oppa memang selalu menuruti kemauan Appa, tapi tahu kah Appa kalau malam tiba anaknya menangis dikamar diselimuti rasa berontak yang sangat besar tapi tidak kuasa melampiaskannya.

Kulayangkan pandanganku pada alam yang sudah terlelap, dengan hembusan angin membuat bulu kuduk ku berdiri. Aku menjalarkan pandangan ku tanpa batas, menyapu pekatnya malam yang selalu setia menina bobokkan manusia.
‘Kenapa harus menangis ?’ umpat ku pada diriku sendiri. Appa melakukan yang terbaik buat anaknya, kenapa aku harus berontak ? bukannya bagus kuliah di luar negri, aku bisa kuliah dengan tenang. tapi itu hanya perkatan hati yang sedang merana tidak bisa melepaskan resah yang sudah menggunggung tinggi.
‘ Tenanglah Sandra, bukankah disana ada Ji Yong Oppa kamu tidak akan kesepian ‘ teriak hati ku lagi. Tapi tetap saja ada sebongkah rasa berat didada ini.
Apakah keceriaan hanya ada pada nyanyian yang sering kudengar ? Jiwaku haus akan belaian appa, tapi apakah appa mengetahuinya ? apa benar ini yang diinginkannya ? kenapa selalu kami yang harus menuruti kemauan nya ?
Beribu pertanyaan silih berganti hinggap dibenakku, apa ini yang juga dirasakan Ji Yong oppa waktu appa mengharuskannya kuliah diluar negri ?
Oppa aku merindukan mu !
“Sandra-ya aku menunggu mu dikamar tapi kau malah melamun disini” Raya tiba-tiba sudah berada dibelakangku sambil memegang kedua bahuku. Dia menyandarkan kepalanya kepunggungku.
“Kenapa kau menangis disini ? apa kau lupa kalau kau mempunyai teman yang selalu berada didekat mu. Ajumma[1] sudah menceritakannya pada ku”
“…”
“San, bicaralah..!” lalu dia melangkah kesampingku. Aku tahu Raya pasti juga sedih, karena hanya aku satu-satunya teman yang dia miliki. Bahkan dia lebih dekat dengan eomma ku, karena kedua orang tua Raya sering keluar negri untuk mengurus bisnis ayahnya.
“Ray,… “ aku tidak bisa bicara lagi, semuanya tertahan ditenggorokan ku. Dan sekarang aku hanya bisa menangis !

                                                                *****

“Sandra…Sandra-ya, ireona[2]… Raya, Sandra..” Eomma terus membangunkan aku dan Raya, sebenarnya aku sudah bangun dari tadi tapi ada keengganan untuk keluar dari kamar ini. Aku sedang tidak punya mood yang bagus untuk bertemu dengan Appa. Karena sekarang hari minggu jadi appa pasti tidak pergi kekantor.
Raya mengucek matanya, setelah melihat ku dia langsung berdiri dan membukakan pintu kamar. “ne, ajumma sebentar” Ray masih setengah tidur, dia baru sadar waktu kepalanya kejedot ke pintu.
“auuu…” dia mengusap-ngusap kepalanya, aku hanya tersenyum melihat tingkah lakunya yang memang belum berubah sejak dulu.
Wae ?” Tanya eomma menyembulkan kepalanya dari pintu yang baru dibukakan Raya.
“Kepalaku” lalu eomma mengusap lembut kepalanya, “kamu ini, makanya hat-hati” kemudian Raya merebahkan badannya lagi dikasur.
“San, di bawah ada Top” kata eomma sambil duduk disebelah ku. Aku tidak mengalihkan pandanganku dari buku yang sedang kubaca.
“Ngapain pagi-pagi si kodok sudah kesini ?” celetuk raya sambil memandangiku, aku mengangkat bahu ku. Karena aku juga tidak tahu.
“Pagi apanya ? matahari sudah memanggil kalian dari tadi” sahut eomma sambil membuka tirai jendela kamarku. Lalu merapikan buku yang berada didekat jendela.
“He..he.. aku kira masih pagi” jawab Raya cengengesan lalu dia berjalan kekamar mandi dengan tubuh yang masih sempoyongan. Aku melirik jam , ternyata sudah pukul 11 siang.

“Sandra, eomma tahu sekarang kamu marah tapi coba fikirkan lagi baik-baik. Toh ini juga buat kebaikan kamu”
“….”
“Ya sudah, sekarang kamu temui dulu Top di bawah. Kasihan dia sudah menunggumu dari tadi” sahut eomma setelah aku tidak bereaksi mendengar perkataannya.
Dengan enggan kulangkahkan kaki ku keluar, eomma masih berada dikamarku. Mungkin sesaat lagi eomma akan mewawancari Raya. Dari dulu selalu begitu, setiap kali aku ngambek eomma pasti merongrong Raya dengan pertanyaannya.

Top memberikan senyuman terbaiknya ketika aku sudah berada didekatnya, dia selalu penuh pesona.
“Sudah lama ?” Tanya ku sambil duduk dihadapannya.
“Lumayan, kamu sakit ?” Tanya Top dengan tatapan lembutnya.
“Ani, hanya kurang tidur” jawab ku seenaknya, karena memang aku dan Raya hanya tidur sebentar, semalam aku sibuk menumpahkan kegundahanku pada Raya.
“Apa aku mengganggu waktu istirahatmu ? Tanya Top lagi.
“Ani, aku sudah bangun dari tadi” lalu Raya muncul dengan 2 gelas coklat panas ditangannya, dia memberikan padaku dan satunya lagi buat dia sendiri.
“Buat Top mana ?” tanyaku pada Raya
“Aku hanya bikin dua” sahutnya cuek, sambil menyeruput minumannya. Top langsung tertawa melihat tingkah Raya. Aku langsung memanggil bibi untuk membuat kan minuman buat Top.
“Kodok, ngapain kau kesini ?” Tanya Raya tanpa melihat ke arah Top karena dia sibuk dengan minumannya.
“Pastinya bukan untuk bertemu dengan mu” dia menjulurkan lidahnya pada Raya, aku langsung tersenyum melihat tingkah mereka. Dari dulu mereka berdua memang tidak pernah akur. Aaah .. aku pasti akan merindukan suasana ini.
Ya, kenapa kamu melamun ?” kata Top mengagetkanku.
Ani, aku hanya menikmati suasana ini” Top melipat dahinya lalu memandangiku, Raya juga langsung melirikku.
“Apa maksud mu ?” Tanya Top
“….”
Kya, kodok.. kenapa kau cerewet sekali ? apa kau kesini mau mengajak kami makan diluar ?” sahut Raya sambil tersenyum iseng pada Top.
“ Boleh, ayo !” Top mengiyakan ajakan Raya, lalu dia memandangiku. Mungkin dia merasa ada yang tidak beres padaku. Aku berusaha mengalihkan mata ku dari tatapannya. Eotteokhae[3], aku sudah merasa dekat dengan Top dan sekarang aku harus meninggalkannya. 
“Kamu melamun lagi ! Ada apa ? Tanya Top sambil pindah duduk kesebelah ku, aku hanya tersenyum tipis. Rasanya ingin menumpahkan semua dibahunya, tapi aku masih merasa sedikit waras. Raya kemudian permisi untuk mandi dulu, aku hanya mengangguk begitu juga dengan Top.
Aku mencoba sibuk dengan gelas ditangan ku, karena dari tadi Top masih menatap ku. Tiba-tiba ponsel ku berbunyi. Sms dari Raya, “Aku tidak ikut, kau saja pergi berdua dengan Top !” bunyi pesan dari raya, aku kemudian melihat kan nya pada Top. Dia langsung tersenyum.. dan berkata “Ternyata dia pengertian juga !” aku langsung menyikutnya.

“Apa ada masalah ? kenapa tidak cerita padaku” kata Top ketika kami sudah berada dimobilnya. Aku harus menjawab apa ? aku sendiri juga bingung. Tiba-tiba ponsel ku berbunyi, dengan malas kurogoh saku celanaku. Ternyata panggilan dari Oppa, aku langsung meminta Top menepikan mobilnya karena aku tidak leluasa bicara dengan Ji Yong oppa kalau berada didekat Top.
Aku langsung keluar ketika mobil sudah berhenti, Top melipat dahinya memandangiku
yeoboseyo[4] oppa, kenapa kau baru menelfon ku sekarang ?”
Oppa lagi sibuk, ada apa ? dari kemaren kamu terus meninggalkan pesan.” Sahut oppa dari seberang sana masih dengan suara khas nya yang sangat kurindukan.
Appa menyuruh ku kuliah disana bulan depan, oppa eotteokhae ? aku tidak mau kuliah disana. Oppa…” air mata ku langsung meluncur dengan sukses tanpa bisa kubendung lagi. Top langsung menghampiriku, sekarang aku benar-benar butuh bahu untuk bersandar. Sejenak Top hanya memandangiku, tapi ketika dia tahu kalau yang menelfon ku adalah oppa dia langsung mendekatiku dan menyandarkan kepalaku kedadanya.
Oppa, tidak bisa menolong mu San. Waktu appa memberi kabar kalau kamu akan kesini oppa sudah bilang kalau appa harus memikirkan perasaan kamu juga. Tapi appa malah memarahi oppa, kamu tahu sendiri bagaimana appa. Kita hanya bisa mengikuti kemauannya saja. Seperti apapun bentuk perlawanan kita, appa tetaplah appa dia tidak akan berubah” sahut oppa.
Eotteokhaji oppa ? aku…” tangis ku kembali pecah, kali ini aku tidak tahu apa tangis ku ini benar-benar murni karena takut jauh dari eomma atau takut berpisah dari Top. Ya sekarang aku mulai menyadari, kalau yang aku takut kan itu sebenarnya berada jauh dari Top.
Top membelai lembut punggungku, aku tahu dia mencoba menguatkan aku walau sebenarnya dia juga belum tahu masalah apa yang membuatku menangis.
Uljima, oppa tahu apa yang kamu rasakan sekarang. Kamu hanya perlu mencoba, segala sesuatunya itu pasti ada awalnya. Jadi kamu sekarang harus tenang, jangan sampai sakit. Bukan kah minggu depan kamu mau sidang ? kamu harus memberikan yang terbaik, oppa mungkin tidak bisa menghadiri kelulusanmu. Tapi oppa selalu mendo’akan yang terbaik untukmu”
Komawoyo[5] oppa, aku janji akan mendapatkan nilai yang bagus. Aku tidak akan mengecewakan oppa, saranghaeyo[6] oppa !”
Lalu aku memasukkan ponselku kesaku celana jeans ku, Top memandangiku dia mengankat kedua alisnya, aku hanya mengankat kedua bahuku lalu masuk kembali kedalam mobil.
Gwaenchana[7] ? “ Tanya Top waktu sudah duduk disampingku kemudian menyalakan mobilnya. Aku hanya mengangguk.
“Sandra-ya, apa kamu ingin makan Bulgogi ? aku tahu restoran Bulgogi yang enak disini” lalu dia melirikku lengkap dengan senyuman mautnya itu.
“Boleh” sahutku singkat
Top apakah kamu tahu aku ingin merasakan dicintai lagi, cinta yang tiada batas. Cinta yang hanya bisa melihat aku dan kamu, tidak ada orang lain hanya kita berdua. Aku ingin melayang, melayang oleh cinta dan kasih yang kamu curahkan tanpa batas padaku.

Ya, kamu melamun lagi !” Tiba-tiba Top sudah berdiri disampingku, kapan dia keluarnya ?
“Kapan kamu keluarnya ?” Tanya ku heran sambil keluar dari mobil, Top langsung membelai lembut kepalaku dan tersenyum hangat. Bukannya menjawab ku dia malah mengenggam kedua tanganku, dia membawa tangan ku kemulutnya lalu mengecup hangat tanganku.
Tubuhku seperti dialiri listrik.
“Sandra-ya,Saranghaeyo… !” Top menatap lekat mataku, jantungku terasa mau melompat keluar. Aku memang menginginkan kata-kata itu, tapi kenapa sekarang ? kenapa disaat aku ingin pergi dia malah menyatakan cintanya ?
“….”
“Sandra, apa aku boleh menjadi kekasihmu ?” Tanya Top lagi, kali ini dia mengangkat dagu ku karena aku tidak berani menatap matanya.
“….”
Aku ingin berteriak kalau aku juga mencintainya tapi aku tidak ingin dia terluka karena sisa waktuku disini hanya 1 bulan lagi. Atau yang kutakuti bukan dia, tapi aku… aku takut terluka lagi.
“Sandra…. Kamu tidak harus menjawabnya sekarang ! aku akan menunggu jawaban mu… aku tidak akan berhenti disini, disaat kamu sudah berada didepan ku. Aku akan meletakkan kamu ditempat tertinggi dihati ku”
“Top aku… “ kata-kata itu tidak bisa keluar dari mulut ku. Top Aku juga mencintai mu ! tanpa ku sadari pipiku sudah dibasahi oleh air mata yang entah kapan keluarnya. Top menghapus nya dengan jarinya kemudian langsung mengecup keningku. Hangat….
“Top, aku juga mencintai mu !” dia sedikit kaget lalu langsung memelukku , aku menggigit bibirku terdiam dalam pelukannya. Aku harus mengatakannya sekarang sebelum terlambat.
“Tapi… “ Top merenggangkan pelukannya dan menatap ku, dia menaikkan sebelah alisnya menunggu ku bicara.
“Aku bulan depan harus pindah, karena appa menyuruhku melanjutkan kuliah di Harvard !” aku merasakan tubuh Top sedikit menegang, spontan aku melepaskan tanganku dan menatapnya.
Pandangan matanya berubah, aku melihat ada kesedihan disana. Aku tidak melihat kehangatan yang selama ini dia tunjukkan padaku. Ada apa ini ?
“Aku tidak akan marah kalau kau mau menarik kata-kata mu tadi, aku juga menyesali keputusan appa tapi ini tetap harus ku jalani !” Top hanya menggeleng lalu menggenggam tangan ku menuju restoran Bulgogi yang ada didepan kami.
Top agak aneh, tidak cerewet seperti biasa, dia hanya memusatkan perhatiannya pada daging yang sedang dibakarnya. Aku merasakan suasana sudah mulai canggung, tapi tidak ada cara lagi. Aku sibuk dengan pemikiran ku sendiri, menerka-nerka apa gerangan yang ada dibenak Top saat ini. Apa dia menyesal dengan pernyataannya tadi ?
Akhirnya aku sampai dititik kejenuhan “Bisa antarkan aku pulang sekarang ?” Tanya ku sambil melipat tangan kedada. Aku tidak tahan lagi dengan perubahan Top, dia hanya mengangguk . setelah membayar makanan kami, dia langsung menyusulku kemobil. Masih dengan wajah dingin dan tatapan misteriusnya.
Dia terasa asing bagiku,  bukan Top yang aku kenal selama ini.
Suasana benar-benar canggung, aku diam Top juga tidak mengajakku bicara apapun, dia diam seribu bahasa !
Mianhae..” ucap ku sambil turun dari mobilnya, dia hanya melirik ku sebentar lalu langsung pergi. Tinggal aku sendiri berdiri tanpa tahu apa kesalahan ku.

“Top udah pulang ? kenapa dengan wajahmu ?” Tanya Raya saat aku sampai dikamar. Aku hanya mengangguk, rasanya malas sekali membicarakan semua ini pada Raya. Raya kemudian kembali sibuk dengan laptopnya, dia pasti sudah tahu kalau wajahku sudah seperti ini berarti aku tidak ingin membahas apapun untuk saat ini.
Aku membanting badan ku kekasur, menatap langit-langit kamarku seolah-olah mata ku bisa menembus apapun yang ada didalamnya. Masih terngiang ditelingaku suara lembut nya, tatapan matanya yang menyiratkan cinta teramat mendalam untukku. Bukan cinta yang terlahir dari rasa iba, tapi kenapa sekarang semua berubah ?
Bagaimana bisa jiwa ku tertahan dan berhenti disini ? ‘Tenanglah Sandra.. lebih baik dia menyadari sekarang dari pada kamu terlanjur menjalin hubungan dengannya’ teriak batin ku.
Aku memutar tubuhku menghadap pada Raya, “Ray… menurut mu Top itu orang seperti apa ? sejak kapan kau mengenalnya ?” Raya menghentikan kesibukannya lalu menatap ku .
“Ada apa ?” aku pun dengan lancar menceritakan apa yang terjadi tadi, sikapnya benar-benar diluar nalarku.
“Besok aku akan bicara dengannya dikampus” sahut Raya kemudian.
                                                                *****

Eomma, Appa aku berangkat dulu !”  pamit ku sambil mencomot roti dari meja makan. Rasanya ingin cepat-cepat sampai kampus.
Hari ini sidang pertama, aku agak sedikit deg-degan tapi ingin segera menyelesaikan semuanya. Ingin berangkat lebih awal ke Boston, ingin secepatnya menghilang dari sini menghilang dari hadapan Top. Orang yang telah membuat goresan baru dihatiku.
Rasanya sakit sekali, melihat Top selalu menghindari ku .
Aku mencoba tenang, walau jantung ku berdebar bak orang lari maraton tapi ini harus dihadapi. Akhirnya tibalah giliranku masuk keruangan, Raya mencoba memberiku semangat.


“Bagaiman tadi didalam ?” Tanya Raya antusias
“Aman, aku merasa nanti aku akan menjadi juara umum lagi…” sahut ku dengan bangga, tapi Raya langsung memukul kepalaku dengan tangannya.
Ya, kau… “ aku langsung mengejarnya tapi tiba-tiba aku menabrak seseorang langsung aja aku meminta maaf dengan sedikit membungkukkan badanku.
Mianhaeyo…”
“Sandra…” deg.. suara itu, aku langsung terpaku melihat Top ada dihadapan ku. Yang tadi kutabrak ternyata Top.
Gwaenchana ?” Tanya suara yang sangat kurindukan itu. Aku hanya mengangguk lalu berbalik meninggalkannya. Aku tidak sanggup melihat orang yang sekarang bertengger dihatiku yang ingin aku lupakan, tapi tiba-tiba berdiri dihadapan ku.
Tapi kenapa jiwa dan tubuh ku berlawanan, tubuhku terus melangkah menjauh dari sosok yang selalu hadir dimimpiku. Tapi jiwa ku berontak, dia ingin aku berlari kepelukannya. Untung logika ku masih waras. Dengan enggan aku terus melangkahkan kaki ku dari sana, sebelum jiwa ku benar-benar gila.

Ya, kau dari mana saja ? aku mencarimu kemana-mana !” semburku pada Raya yang sedang asyik bersandar dimobilku dengan Game ditangan nya. Tapi dia hanya menjawab ku dengan cengengesan.

“Kita mau kemana ?” Tanya Raya waktu aku membelokkan mobil berlawanan dengan arah kerumah.
“Ke Supermarket sebentar, kemaren ada yang kelupaan” sahut ku sambil menghidupkan music.
“Apa semuanya sudah beres ?” Tanya Raya lagi, aku melirik nya dengan ujung mata ku kemudian mengangguk.
“Apa yakin tidak mau memberi tahu Top ?”
Ani, dia juga tidak perduli lagi pada ku !” sahut ku dengan suara agak bergetar, aku terlalu sensitive kalau sudah bicara tentang Top.
“Ya sudah !”

                                                                                *****

“Kamu harus jaga kesehatan, sering-sering nelfon eomma. Kalau ada apa-apa kamu langsung bilang eomma ya nak !” kata eomma sambil menangis, dia terus membelai rambutku. Raya juga ikut-ikutan menangis, hanya Appa yang tidak berekspresi melepas kepergian ku.
Ne, eomma jangan menangis terus. Aku kan hanya pergi sekolah bukan pergi selamanya, di sana juga ada oppa yang menjaga ku jadi eomma tidak usah cemas” sahutku sambil menahan ari mata, aku tidak mau terlihat lemah didepan appa.
Setelah berpamitan pada eomma,appa dan Raya aku langsung masuk keruang tunggu bandara. Lebih baik sendiri disini, dari pada terus melihat eomma menangis bisa-bisa aku tidak jadi berangkat. Aku memilih duduk dipojok, sambil mengamati orang-orang yang lalu lalang. kebanyakan bule sejenak aku melupakan kesedihanku.
Tapi tiba-tiba Raya mengirim pesan “ Jangan lelah menjaga cinta mu, genggam lah terus dihatimu” Kenapa lagi ini anak ? aku langsung membalasnya “kau…micheosseo ??” tapi dia tidak membalasnya. Mungkin lagi galau bathin ku, aku jadi ingat saat-saat pertemuan ku dengan Top. Ada bongkahan besar didadaku, ada segumpal sesal yang kupendam. Mengapa kemaren tidak kuberanikan untuk berpamitan pada Top , walau gimanapun dia seseorang yang pernah dekat denganku bahkan berhasil menembus keras nya hatiku.
Tanpa bisa kutahan air mata ku jatuh juga, rasanya sesak sekali terasa dihimpit berton-ton besi. Aku hanya bisa menyesali semuanya, menyesali rasa pengecut didiriku yang tidak berani menghadapi kenyataan.
Akhirnya pesawat ku berangkat juga setelah sempat delay 15 menit, setelah diantar ketempat dudukku. Aku pun mencoba menenangkan emosi yang mulai bergejolak didadaku, rasa menggebu yang aku tidak mengerti kenapa. Dibenakku hanya ada Top, sebentar lagi aku benar-benar akan meninggalkan Negara ini meninggalkan Top. Meninggalkan kenangan yang belum selesai.
Aku menghapus air mata ku saat seseorang duduk disebelah ku, aku mengalihkan pandangan ku keluar. Aku tidak berminat mengetahui siapa yang duduk disebelahku, begitu juga orang itu. Dia sibuk dengan Koran ditangannya.
Aku membuka dompetku dan memandangi Foto yang tersimpan rapi disana, foto kami bertiga. Aku,Raya dan Top. Lagi-lagi air mata ku mengalir sukses memandangi fotonya, melihat senyumnya, matanya. Ya matanya yang membuat ku terpikat, aku suka sekali dengan matanya.
“Namja nya keren sekali, pacarnya ya ?” Tanya orang yang duduk disebelahku, tapi…. Suara itu. Aku menatap orang itu, dia masih sibuk dengan korannya.
Aku menarik korannya dan…. Lihatlah siapa yang duduk disebelahku… “Top ??”
Dia tersenyum, aku menyentuh wajahnya. “asli, aku tidak mimpi” kemudian Top membuka tangannya dan langsung saja aku menghabur kepelukannya.
“Apa yang kau lakukan disini ?” tanyaku sambil memukul pelan dadanya.
“Tentu saja menemanimu, aku tidak mau kalau kau sampai digoda bule-bule disana !” sahutnya, lalu mengapus air mataku dengan jarinya.
Aku tidak ingin melepaskan tangan ini, “Top… “ dia meletakkan jarinya dibibirku lalu berkata.
“Mianhae.. aku membuat mu cemas dan melengahkan mu. Aku tidak bermaksud menyakitimu”
“Tapi..”
“Ya aku tahu, aku sibuk mengurus surat-surat untuk pindah kuliah” jawabnya dengan senyum maut yang menjadi favorit ku.
“Maksud mu ?”
“Aku memutuskan kuliah di Harvard sekalian menjaga gadis ku dari orang-orang iseng disana” mataku terbelalak hebat, tidak percaya dengan semua ini.
“….”
“Kenapa diam saja ? kau tidak senang ?” lalu Top mencubit hidungku.
“Aku terlalau senang sampai tidak ada kata-kata yang bisa keluar untuk mengungkapkannnya” Top tambah memelukku erat.. seakan tidak mau melepaskan aku lagi.
“Apa sudah dapat apartemen ?” Top mengangguk sambil tersenyum menggoda.
“Dimana ?”
“Disebelah apartemen kalian !” dia membelai lembut rambut ku.
“Kok bisa ?” tanyaku penasaran, karena ini tidak mungkin hanya kebetulan saja.
Oppa mu membantuku mencarinya”
Mwo ? apa kau kenal oppa ku ?”
“Raya yang mengenalkan lewan telfon”
“Ooo.. aku mengerti sekarang, jadi Raya dibelakang semua ini ?”
Top mengangguk lalu mengecup keningku, sekarang tidak ada lagi yang kucemaskan. Tidak hatiku, karena sekarang sudah ada orang yang akan selalu menjaganya.
Dia kekasihku….. !!


[1] Ajumma = bibi/ wanita yang lebih tua
[2] Ireona = bangun (i)
[3] Eotteokhae = bagaimana ini (i)
[4] Yeoboseo = hallo (telephone)
[5] Komawoyo = terimakasih (f)
[6] Saranghaeyo = aku mencintaimu (f)
[7] Gwaenchana = baik-baik saja (i)


The End...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar